Banner 728x250
Uncategorised

Kemenangan Itu Setipis Kekalahan

×

Kemenangan Itu Setipis Kekalahan

Sebarkan artikel ini

KEMENANGAN dan kekalahan menjadi hal yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan. Menang dan kalah selalu ada di setiap kompetisi.

Kemenangan dirayakan dengan suka cita. Kalah melahirkan duka cita. Padahal, menang tak melulu harus dengan senang-senang. Kalah pun tak semestinya dituangkan dalam bentuk kesedihan hingga isak tangis.

Namun, kerap terjadi peserta kompetisi hanya siap ketika menang, tetapi tak berlapang dada kala mengalami kekalahan.

Mungkin karena mereka lupa bahawasanya mempertahankan kemenangan jauh lebih sulit dibanding merebut kemenangan itu sendiri. Sebab, menang menjadikan kita terbuai.

Terbuai dengan kemenangan pun biasanya akan menimbulkan keangkuhan dan kesombongan. Sifat itu lantaran mereka merasa bangga.

Karena bangga, mereka pun menjadi lebih berani untuk terus berkompetisi karena didorong dengan ketenaran yang diperolehnya.

Baca Juga:  Zulkifli, Raih Suara Terbanyak Golkar Di Dapil 1 Luwu

Kemenangan itu akan selalu dikenang. Ibaratnya disimpan di dalam sakunya. Dia tak segan untuk mengeluarkan jika ada yang ingin melihatnya.

Sedangkan kekalahan sering kali ditutup rapat. Bahkan hanya diselipkan di dalam hati. Padahal, kekalahan merupakan pelajaran yang sangat berarti. 

Kekalahan akan mengajarkan seseorang menjadi lebih hebat dalam perlombaan ke depannya. Apalagi jika dilakukan dengan tekad yang kuat.

Hati dengan tekad yang kuat mampu memberikan hasil sesuai target karena kemenangan itu hanya berbeda tipis dengan kekalahan.

Tidak salah pula kata-kata orang bahwa hidup seperti roda yang membuat kita kadang di atas dan terkadang ada di bawah. 

Pencipta semesta hanya membuat kita untuk sabar menunggu agar merasakan keduanya secara bergantian.

Kekalahan juga selalu dianggap hal yang buruk atau tidak baik. Sehingga, segala cara dan daya dilakukan untuk mencapai kemenangan.

Baca Juga:  Pengawas Pemilu se Kabupaten Luwu Ikuti Apel Siaga Pemilu 2024

Filosofi dari pertandingan memang menghasilkan pemenang dan pihak yang kalah. Tetapi tak ada jaminan, pemenang akan selalu menang dan yang kalah selalu kalah.

Satu hal yang pasti, kemenangan dan kekalahan tak bisa diraih sebelum kompetisi berakhir. Hasil akhir pertandingan menjadi penentu.

Seyogyanya, pemenang harus menyemangati yang kalah dan berprinsip tetap terus belajar ketika menang. Bagi yang kalah mesti mengakui kemenangan kompetitor dan mejadikan pelajaran hidup.

Penulis asal Amerika, John C Maxwell juga menuliskan buku tentang kekalahan karena merebut kemenangan dari pemenang lebih mudah daripada mempertahankan.

Sebaiknya pihak yang pernah menang jangan terlalu tenang, karena tidak menutup kemungkinan pihak yang pernah kalah kembali menantang dengan persiapan yang lebih matang.

Baca Juga:  Ini Harapan Millenial Cantik di Pilkada Lutim

Sebaiknya juga pihak yang pernah kalah jangan terlalu menarik perhatian karena anda pernah berada di pihak yang kalah tetapi ingin menang di pertandingan selanjutnya. 

Sebab, yang pernah kalah saja ingin menang sehingga yang pernah menang dipastikan ingin menang lagi.

Menang selalu membuahkan euforia, kepuasan dan kekuasaan, jadi tetaplah berhati-hati sebab kekuasaan menurut Sayidina Ali bin Abi Thalib adalah kekuasaan itu bagai ular berbisa, lembut disentuhnya tapi tetap dia berbisa. Wallahu a’lam.

Karena itu, jika tak mampu mengendalikan kemenangan yang membuahkan kekuasaan, maka Anda lah sebenarnya orang yang lebih kalah daripada yang kalah. Menang dan kalah itu tipis bro n sister.

Herwin Halman 
Penulis Milenial