Eksposindo.com | Beberapa hari ini Kabupaten Luwu dihebohkan dengan adanya oknum yang menorobos dan membuat jalan di tengah Hutan Penelitian dan Wisata di Gunung Simoma Desa Temboe Kecamatan Larompong Selatan dimana di dalamnya terdapat jenis Kayu Lara yang dijaga kelestariannya.
Parahnya lagi oknum tersebut memasukan alat berat berupa Excavator dan menebang jenis Kayu Lara yang ada di lokasi hutan tersebut.
Kayu yang bernama Botanis Metrosideros spp ini tersebar di Sulawesi dan Maluku.
Kayu ini termasuk famili Myrtaceae.
Menurut cerita masyarakat setempat, Hutan ini sudah ada sejak zaman Belanda bercokol di Tana Luwu, dengan luasan diatas 60 hektar.
Area hutan ini sengaja ditanami Kayu Lara, sejenis kayu besi berkelas 1, dimana manfaat kayu itu oleh pihak Belanda akan digunakan untuk kepentingan pembangunan Jembatan dan Tiang Listrik.
Pohon ini dapat mencapai tinggi 40 meter dan garis tengah batang lebih kurang 1 meter. Batangnya berbanir, kadang-kadang sampai 2 meter tingginya. Cabang dan rantingnya berbulu seperti beludru berwarna kelabu, kulit luarnya kelabu atau kelabu kemerah-merahan, beralur dangkal, mengelupas tebal-tebal agak besar, kulit hidupnya tebal, yakni 4 – 10 milimeter, penampangnya kekuning-kuningan sampai merah muda, dan terasnya cokelat gelap. Daunnya berbentuk elips atau lanset meruncing dengan pangkal meruncing, ujung lancip, serta mempunyai sel-sel minyak berupa bintik-bintik bening.
Kayu lara termasuk kayu berat dengan bobot jenis 0,98 – 1,23, kelas kuat I, dan kelas awet I; gubalnya putih keabu-abuan; terasnya kelabu atau kehitam-hitaman dengan selang-seling warna atau garis-garis hitam gelap; teksturnya halus dengan serat yang bersilang; kayunya sangat keras dan agak sulit digergaji ataupun diserut.
Kayu Lara baik sekali untuk konstruksi berat, tiang-tiang jembatan, tiang transmisi dan bantalan rel kereta api. (*)